TIGA KASIH KU
Dalam ruang sempit dalam hamparan
gelap yang menyayat, resah dan linglung, ku duduk di sudut ruangan menghindari
sinar yang masuk dari ventilasi udara atas pojok kananku, kupandangi setiap
sudut tak ada yang menarik untuk di ceritakan, hanya ventilasi udara yang bisa
mengingatkan ku akan kejadian masa lampau ketika aku memiliki kekasih yang meninggalkan
ku, dengan sayup ku bercerita dalam hati, “apalah guna kekasih bila tak bisa
meredakan luka dan lara untuk menjalani hidup ini”
Ku terkurung dalam pikiran yang
entah tak berujung, menghela napas saja susah anggap ku.
“sedang apa yang ku lakukan disini”
ku berteriak melepaskan risau dalam diriku.
“aku hanya ingin keluar dari sini”
oh aku berfikir aku sudah gila, pilihan ku sendiri yang ingin di sini, ku
tertawa keras dengan pikiran ku sendiri.
“hahaha bodoh kenapa aku memilih
seperti ini” air mataku jatuh begitu saja dalam tawa ku.
Ketika
lelah, ku terbaring di sudut yang ku ceritakan tadi. Kemarin aku membayangkan
kekasihku datang menjemput ku kembali dalam pelukan nya, aku sungguh ingat
wajah nya sungguh-sungguh ingat, hal paling menarik dari wajahnya hanyalah
matanya, mata penuh dengan kesedihan, memandang ku seperti berharap dan memohon
kepadaku, memang dia memiliki riwayat hidup yang tidak begitu normal seperti
hal nya seseorang hidup pada umumnya. Belaian nya masih terasa seperti dulu yang
aku rasakan ketika kami jalan-jalan menuju tempat monumen perjuangan melepaskan
hal yang membelit kebebasan kita pada dunia ini. Selalu ku dengar keluh kesah nya
setiap dia bercerita kepadaku, aku terenyuh mendengarkan ceritanya ketika dia
bilang “aku sudah bosan hidup seperti ini” dengan tetesan air mata yang jatuh
mengalir begitu saja. Dan kalimat itu selalu membayangi ku ketika terucap janji
untuk menjaga nya. Namun janji ini lepas karena ia hilang dalam hidupku, apakah
benar janji itu lepas dari hidupku ? ku termenung apa yang harus aku lakukan
sekarang dengan janji-janji yang sudah aku lontar kan, aku hanya tidak ingin
menjadi orang yang munafik.
Ketika
malam datang waktu makan malam sudah datang, aku merayap mengambil makanan di
atas piring dan menyantap nya perlahan, tak enak bila ku makan cepat seperti
biasanya ketika aku ada dalam rumah tanpa ada gangguan pikiran seperti ini. Ada
tahu dan tempe bacem dan sedikit kuah soto, makanan favorit ku, walau tak seenak
warung soto langganan ku di kota tempat ku tinggal,
“apakah aku seorang yang kurang
bersyukur ? apakah aku seorang yang tidak tau-menau tentang adanya Tuhan ?
makanan seperti ini terkadang aku terlantar kan selalu marah kepada seorang bila
rasanya tak seperti yang kuharapkan, sudah terlambat semuanya aku hanya seorang
diri dan tak bisa lari dari hal seperti ini, dimana kasih ku yang dulu selalu
mengajak ku keluar mencari makan ketika aku marah karena kelaparan” aku
menangis dalam gelap hanya itu yang bisa membantuku.
Kenangan indah timbul ketika aku
berusaha melihat keluar lewat ventilasi udara memandang bintang-bintang, setiap aku memandang bintang aku teringat lagu
Yiruma – river flowers in you lagu kesukaan mu, lagu itu selalu menggambarkan
kehidupan mu yang selalu di lingkari kabut kesedihan, sebuah ketidakadilan, dan
keharuan yang begitu mendalam.
“kenapa aku teringat oleh mu lagi
?? ” aku lari ke tempat dimana aku harus berada.
Hembusan
angin malam meniup lewat ventilasi udara menemaniku dalam setiap cerita sesalku
dalam ruangan seperti ini, hari ini harus aku jadikan malam terindah dalam
hidupku, ku ambil sebuah sendok dan aku menulis di tembok sebuah bait puisi karya
Sapardi Ku ingin mencintaimu dengan sederhana puisi untuk kekasih ku yang
hilang karena penguasa, malam ini aku harus lebih bermakna untuk kali aku hidup
di dunia ini dan ku tulis AKU TAK PERNAH MATI.





























