Candi Cetho, Kompleks bangunan candi cetho yang berlokasi di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah ini memiliki ukuran panjang 190M dan Lebar 30M dan berada di ketinggian 1496M dari Permukaan air laut.
Candi Cetho berlatar belakang agama Hindu, Pola halamanya berteras dengan susunan 13 teras meninggi ke arah puncak, bentuk bangunan berteras mirip dengan bentuk pundene berundak masa prasejarah.
Arca Garuda dan Kura-kura
diwujudkan dengan susunan batu di
atas tanah membentuk kontur burung
yang sedang membentangkan sayap.
Singkatan memet (angka tahun yang di gambarkan dengan bentuk binatang, tumbuhan, dan sebagainya), arca berupa tiga ekor katak, mimi, ketam, seekor belut dan tiga ekor kadal, menurut Bernet Kempres arca ketem, belut dan mimi merupakan sangkalan yang berbunyi welut (3) wiku (7) anahut (3) iku=mimi sehingga di temukan angka tahun 1373 saka atau 1451 M
Tahun Pendirian Dan Fungsi Candi Cetho
Prasasti dengan huruf Jawa kuno pada dinding gapura teras ke VII berbunyi "Pelling padamel irikang buku, tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397", yang dapat di tafsirkan peringatan pendirian tempat peruwatan atau tempat untuk membebaskan dari kutukan dan didirikan tahun 1397 saka (1475 M).
Fungsi candi Cetho sebagai tempat ruwatan juga dapat dilihat melalui simbol-simbol dan mitologi yang ditampilkan oleh arca-arcanya. Mitologi yang disampaikan berupa cerita Samudramanthana dan Garudeya. sedangkan simbol penggambaran phallus dan Vagina dapat ditafsirkan sebagai lambang penciptaan atau dalam hal ini adalah kelahiran kembali setelah di bebaskan dari kutukan.
Potret Candi Cetho tahun 1928
Riwayat Penelitian & Pemugaran
Candi Cetho pertama kali dikenal dari laporan penelitian Van der Vilis pada tahun 1942 yang kemudian penelitian dan pendokumentasian di lanjutkan oleh W.F Stuterheim, K,C. Crucq dan A.J. Bernet Kempers.
Riboet Darmosoetopo dkk pada tahun 1972 telah melengkapi hasil penelitian sebelumnya.
tahun 1975/1976 Sudjono Humardani melakukan pemugaran terhadap komles candi cetho dengan dasar "perkiraan" bukan pada kondisi asli. Dengan kata lain pemugaran tersebut tidak mengikuti ketentuan pemugaran cagar budaya yang benar.
1982 Dinas Purbakala (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) meneliti dalam rangka rekonstruksi.
Arca-arca yang berwujud manusia belum dapat diidentifikasi satu persatu.
namun secara umum tidak menunjukkan ciri-ciri dewa-dewa tertentu.
barang kali arca-arca ini perwujudan tokoh wayang.
Sejarah Candi Cetho Karanganyar - Arsitektur
Candi Cetho Karanganyar yang kita nikmati saat ini adalah candi dengan teras yang hanya berjumlah 9.
Candi Cetho - Teras 1
Sebelum memasuki teras pertama, kita akan melewati 2 buah arca dari batu
yang disebut sebagai Nyai Gemang Arum. Kemudian memasuki teras terdapat
sebuah gapura berukuran cukup besar dengan bentuk candi bentar yaitu
seperti gapura sebuah Pura seperti yang sering kita lihat di Pulau Bali.
Teras pertama ini hanyalah berupa sebuah halaman. Namun di bagian
selatan teras pertama ini dapat dijumpai sebuah bangunan semacam pendopo
tanpa dinding. Bangunan ini berdiri di atas pondasi setinggi 2 meter.
Dan diatas terdapat semacam alas batu yang sepertinya sering dipakai
untuk menaruh sesaji.
- See more at: http://candi1001.blogspot.com/2013/02/sejarah-candi-cetho-karanganyar.html#sthash.xkWjpa6A.dpuf
Sejarah Candi Cetho Karanganyar - Arsitektur
Candi Cetho Karanganyar yang kita nikmati saat ini adalah candi dengan teras yang hanya berjumlah 9.
Candi Cetho - Teras 1
Sebelum memasuki teras pertama, kita akan melewati 2 buah arca dari batu
yang disebut sebagai Nyai Gemang Arum. Kemudian memasuki teras terdapat
sebuah gapura berukuran cukup besar dengan bentuk candi bentar yaitu
seperti gapura sebuah Pura seperti yang sering kita lihat di Pulau Bali.
Teras pertama ini hanyalah berupa sebuah halaman. Namun di bagian
selatan teras pertama ini dapat dijumpai sebuah bangunan semacam pendopo
tanpa dinding. Bangunan ini berdiri di atas pondasi setinggi 2 meter.
Dan diatas terdapat semacam alas batu yang sepertinya sering dipakai
untuk menaruh sesaji.
- See more at: http://candi1001.blogspot.com/2013/02/sejarah-candi-cetho-karanganyar.html#sthash.xkWjpa6A.dpuf
Sejarah Candi Cetho Karanganyar - Arsitektur
Candi Cetho Karanganyar yang kita nikmati saat ini adalah candi dengan teras yang hanya berjumlah 9.
Candi Cetho - Teras 1
Sebelum memasuki teras pertama, kita akan melewati 2 buah arca dari batu
yang disebut sebagai Nyai Gemang Arum. Kemudian memasuki teras terdapat
sebuah gapura berukuran cukup besar dengan bentuk candi bentar yaitu
seperti gapura sebuah Pura seperti yang sering kita lihat di Pulau Bali.
Teras pertama ini hanyalah berupa sebuah halaman. Namun di bagian
selatan teras pertama ini dapat dijumpai sebuah bangunan semacam pendopo
tanpa dinding. Bangunan ini berdiri di atas pondasi setinggi 2 meter.
Dan diatas terdapat semacam alas batu yang sepertinya sering dipakai
untuk menaruh sesaji.
- See more at: http://candi1001.blogspot.com/2013/02/sejarah-candi-cetho-karanganyar.html#sthash.xkWjpa6A.dpuf
Sekian informasi dari saya dan kita akan membahas lagi tentang cerita cerita tentang candi cetho lebih lanjut di tunggu update nya, jika ada kalimat yang kurang berkenan atau ada salah penulisan nama mohon untuk di maklumi dan diberi maaf yang sebesar besarnya dan saya haturkan terimakasih
Tahura MANGKUNAGORO yang terletak di provinsi Karanganyar, disinilah tempat kedua yang kita datangi dalam acara hiking bersama,di TAHURA kita bisa melihat beberapa satwa seperti ayam hutan, kera, dan beberapa unggas, di sini kita di suguhi dengan pemandangan yang segar fress cocok untuk berlibur maupun mendirikan tenda, dari gerbang ada jalan setapa kurang lebih 1km cocok buat jogging track dengan jalan yang lumayan datar dan udara yang segar, di depan gerbang TAHURA kita bisa melihat Candi Sukuh
Candi Sukuh terletak di sebelah barat Candi Ceto, kita mulai hiking dari kemuning ke selatan terus mentok, sepanjang jalan kita di suguhi pemandangan yang cukup indah dari atas kita bisa melihat Desa Kemuning
Lumayan Indah kan oopss sorry kalok kameranya jelek, di candi sukuh banyak arca arca nya juga low
cukup segini informasi dari saya jika ada penulisan lokasi, nama daerah mohon di maklumi sob biasa anak cupu nulis di blog semoga bermanfaat
Sudah lama saya tidak posting di blogger, mohon untuk di maklumi (repot) kali ini saya akan membasa tentang minuman yang familiar semua orang pasti pernah menikmatinya dan banyak yang berspekulasi Secara berbeda beda, dan menikmati minuman ini secara style nya sendiri, ketika saya berkunjung kesuatu kedai di daerah jogja, saya di tawari coffe yang bernama Kopasus (Kopi susu) terus sama Kotan gak tau itu saya kepanjangan nya apa, tapi yang saya lihat cuma kopi hitam biasa racikanya. dari sini saya berfikiran untuk menulis sebuah artikel tentang kopi.
_Sejarah Kopi_
Kopi mulai terkenal di Indonesia semanjak tahun 1696 ketika Walikota Asterdam, Nicholas Witsen memerintahkan komandan pasukan Belanda di Pantai Malabar, Adrian Van Ommen, untuk membawa biji kopi ke Batavia. Kopi arabika pertama-tama ditanam dan dikembangkan di sebuah tempat di timur Jatinegara, yang menggunakan tanah pertikelir Kedaung yang kini lebih dikenal dengan Pondok Kopi. Beberapa waktu kemudian kopi arabika menyebar ke berbagai daerah di Jawa barat, seperti Bogor, Sukabumi, Banten dan Priangan, hingga kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Pulau Sumatera, Sulawasi, Bali dan Timor.
Tak lama setelah itu, kopi menjadi komoditi dagang yang sangat diandalkan VOC. Ekspor kopi pertama dilakukan tahun 1711 oleh VOC, dan dalam tempo 10 tahun ekspor meningkat sampai 60 ton/tahun. Karenanya, Hindia Belanda menjadi tempat perkebunan pertama di luar Arabia dan Ethiopia yang membuat VOC memonopoli perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780.
Untuk mendukung produksi kopi, VOC membuat perjanjian berat sebelah dengan penguasa setempat di mana para pribumi diwajibkan menanam kopi yang harus diserahkan ke VOC. Perjanjian ini disebut Koffiestelsel (sistem kopi). Berkat sistem ini pula biji kopi berkualitas tinggi dari tanah jawa bisa membanjiri Eropa. Kopi Jawa saat itu begitu terkenak di Eropa sehingga orang-orang Eropa menyebutnya bukan secangkir kopi, melainkan secangkir jawa. Sampai pertengahan abad ke-19 kopi jawa adalah yang terbaik di dunia.
Sistem perdagangan kopi terus berlangsung meskipun kemudian VOC dibubarkan dan Hindia Belanda diperintah oleh perintah Belanda. Ketika Hermann Willem Daendels (1762-1818) memerintah, ia membangun jalan dari ujung bawat jawa sampai ujung timur yakni Anyer-Panarukan. Tujuannya untuk memudahkan transportasi prajurit Belanda dan surat-menyurat di tanah Jawa. Alasan lainnya, tentu saja untuk mempercepat biji kopi dari ujung timur Pulau Jawa mencapai pelabuhan di Batavia, dan selanjutnya dikapalkan ke Belanda untuk dijual ke Eropa.
Penderitaan akibat koffiestelsel kemudian berlanjut dengan cultuurstelsel alias sistem tanam paksa. Melalui sistem tanam paksa yang diciptakan Johannes van den Bosch (1780-1844) ini, rakyat diwajibkan untuk menanam komoditi ekspor milik pemerintah, termasuk kopi pada seperlima luas tanah yang digarap, atau bekerja selama 66 hari di perkebunan-perkebunan milik pemerintah. Akibatnya, terjadi kelaparan di tanah Jawa dan Sumatera pada tahun 1840-an. Namun, berkat cultuurstelsel itu Jawa menjadi pemasok biji kopi terbesar di Eropa. Di antara tahun 1830-1834 produksi kopi arabika di Jawa mencapai 26.600 ton, selang 30 tahun kemudian produksi kopi tadi meningkat menjadi 79.600 ton.
Produksi kopi Jawa mencapai titik puncaknya di abad ke-19 yang pada tahun 1880-1884 mencapai 94.400 ton. Saat itu, kopi memainkan peranan yang jauh lebih penting dibandingkan dengan gula tebu. Kalau nilai ekspor kopi rata-rata antara tahun 1865-1970 mencapai 25.965.000 gulden, maka dalam periode yang sama nilai ekspor rata-rata gula tebu hanyalah mencapai 8.416.000 gulden.
Kejatuhan kopi jawa dimulai ketika serangan penyakit kopi melanda pada tahun 1878. Setiap perkebunan di seluruh Nusantara terkena hama penyakit kopi yang disebabkan oleh Hemileia Vasatrix. Penyakit ini membunuh semua tanaman arabika yang tumbuh di dataran rendah. Kopi arabika yang tersisa hanyalah yang tumbuh di lahan setinggi dari 1.000 meter di atas permukaan laut.
Pudarnya kejayaan kopi jawa ini kemudian diisi oleh kopi arabika asal Brasil dan Kolombia yang terus merajai hingga sekarang. Meskipun demikian, sisa tanaman kopi arabika masih dijumpai di kantong penghasil kopi di Indonesia, antara lain dataran tinggi Ijen (Jatim), tanah tinggi Toraja (Sulsel), serta lereng bagian atas pegunungan Bukit Barisan (Sumatera), seperti Mandailing, Lintong dan Sidikalang (Sumut), serta dataran tinggi Gayo (Aceh).
Untuk menyikapi serangan hama ganas tersebut, pemerintah Belanda kemudian menanam kopi liberika yang lebih tahan hama. Sayangnya, varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Lantas kopi Robusta mulai diperkenalkan di Indonesia di awal 1900-an untuk menggantikan kopi liberika dan arabika yang hancur lantaran hama. Kopi Robusta yang lebih tahan terhadap hama dianggap sebagai alternatif yang tepat terutama untuk perkebunan kopi di daerah dataran rendah. Saat ini, produksi kopi di Indonesia menempati peringkat keempat terbesar di Dunia.
Sumber : tenggara.pontianakkota.go.id
Setelah kita membaca tentang sejarah tentang kopi yang berada di Indonesia kita bisa masuk ke jenis jenis kopi nah di sinilah saya akan berusaha untuk menuliskan tentang jenis jenis kopi di Indonesia (kalok ada yang kurang mohon di beritahu maklum lagi belajar tentang perkopian)
Kopi Luwak
Sumber Google
Kopi Luwak adalah seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoranluwak/musang
kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki rasa yang berbeda setelah
dimakan dan melewati saluran pencernaan luwak. Kemasyhuran kopi ini di kawasan Asia Tenggara telah lama diketahui, namun baru menjadi terkenal luas di peminat kopi gourmet setelah publikasi pada tahun 1980-an. Biji kopi luwak adalah yang termahal di dunia, mencapai USD100 per 450 gram.
dari data yang saya ambil dari wikipedia dan ini kopi asli Indonesia loh suatu kebanggan walaupun saya belumpernah merasakan nya hahaha
Kopi Lelet
Kiriman Foto Teman
Kopi lelet adalah kopi khas Lasem. Kopi Lelet ini identik dengan kegiatan nglelet,
yaitu membatik dengan media batang rokok dan tintanya menggunakan
lethekan kopi lelet (ampas kopi lelet/kopi lasem yang dicampur susu
krimer). Begitu banyak info tentang kopi lelet. Ada yang mengeklaim kopi
lelet ala Rembang. Salahkah kalau penulis mengatakan Kopi lelet yang asli ala Lasem. Lihat di setiap tempat di Lasem, Anda akan menemukan banyak Warung Kopi Lelet. Di setiap desa di kecamatan Lasem anda akan menemuka Warung Kopi lebih dari satu, dan ada beberapa Warung Kopi yang sangat terkenal di Lasem misalkan Warung Kopi Pak Jon, dll. dari informasih di atas saya sudah pernah merasakan keampuhannya hahaha saya mencoba kopi ini sewaktu saya berada di Semarang Jawa Tenggah daaeran Unnes, Kopi ini sangat cocok untuk perokok karena kita bisa menggunakan ampasnyau untuk membuat lukisan di Rokok seperti gambar di bawah ini
Sumber Wikipedia
Kopi Khotok
Sumber valentino-kiran blogspot com
Nah ini kopi ane penasaran katanya ini kopi banyak di daerah Mataram, ini kopi katanya seperti kopi biasa cuma cara pembuatannya yang berbeda dari pada yang lain, jadi kopi ini langsung di rebus dengan gula sampai mendidih Gan. di kampung halaman ane ada tapi perasaan tutup terus tapi kalok kata temen aku ini kopi yang sudah di buat terus di masak lagi Gan tapi gak tau gimana rasanya
Sementara ini sapai sini dulu ya saya juga perlu untuk mencari info lagi tentang kopi cikres :D semogga infromasi saya bisa bermanfaat untuk anda